Modal Politik dalam Dinamika Kekuasaan

               Apakah kamu berencana mencalonkan diri sebagai anggota legislatif (nyaleg) atau kepala daerah? Untuk sukses dalam dunia politik, terutama dalam pemilihan umum (Pemilu), kamu perlu memiliki modal politik. Modal politik adalah sumber daya yang membantu kamu memenangkan dukungan masyarakat dan meraih kemenangan. Menurut Pierre Bourdieu, setidaknya ada empat jenis modal politik yang penting untuk dimiliki yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan modal simbolik (Mas’oed & Savirani, 2011).

 

           Pertama, mari bicara soal uang. Politik itu berbiaya besar, dan tanpa modal ekonomi, sulit untuk bersaing. Modal ekonomi mencakup dana atau harta kekayaan yang aktor politik gunakan untuk mendukung kegiatan kampanye. Bayangkan biaya untuk membuat spanduk besar, iklan di media sosial, menggelar acara kampanye seperti konser atau pertemuan warga, hingga menyewa tim konsultan politik. Semua itu butuh dana yang tidak sedikit. Sebagai contoh, Barack Obama dalam kampanye presiden 2008 menunjukkan kekuatan modal ekonomi. Ia berhasil mengumpulkan ratusan juta dolar, banyak di antaranya berasal dari donasi kecil melalui internet. Dana ini memungkinkan Obama untuk membeli iklan televisi dalam jumlah besar dan membangun organisasi akar rumput yang kuat di negara-negara bagian penting (Mendell & Wallenfeldt, 2025). Sehingga Modal ini ibarat bahan bakar yang menggerakkan mesin kampanye kamu. 

          Selanjutnya, ada modal sosial, yaitu jaringan hubungan yang kamu miliki. Bayangkan ini sebagai lingkaran pertemanan, keluarga, atau komunitas yang bisa mendukungmu. Semakin luas jaringanmu, semakin mudah kamu dikenal dan dipercaya masyarakat. Modal sosial bisa berasal dari keterlibatanmu dalam organisasi kemasyarakatan, seperti perkumpulan pemuda, kelompok keagamaan. Obama adalah contoh nyata penggunaan modal sosial yang cerdas. Ia membangun jaringan luas melalui Obama for America (OFA), sebuah organisasi akar rumput yang menggerakkan ribuan relawan. Kampanyenya memanfaatkan media sosial seperti Twitter dan YouTube untuk menciptakan rasa keterlibatan di kalangan pendukung. (Nelson, 2025)

                   Lalu, ada modal budaya, yang berkaitan dengan pendidikan, pengetahuan, atau keterampilan yang kamu miliki. Obama memanfaatkan modal budaya dengan luar biasa. Sebagai lulusan Harvard Law School dan mantan dosen hukum, ia menonjolkan kecerdasannya melalui pidato-pidato yang terstruktur dan penuh makna. Kemampuan oratorinya yang luar biasa, seperti dalam pidato kunci di Konvensi Nasional Demokrat 2004, membuatnya dikenal luas. Modal budaya membantu meyakinkan pemilih bahwa kamu bukan hanya punya niat, tetapi juga kapasitas untuk menangani tugas-tugas politik yang kompleks. (Reid, 2025)

                Terakhir, ada modal simbolik, yaitu reputasi, nama baik, atau simbol tertentu yang membuatmu dihormati masyarakat. Ini bisa berupa gelar keagamaan seperti sultan, ustadz, kyai, atau pendeta, atau bahkan keturunan dari tokoh terkenal, seperti bangsawan atau pahlawan lokal. Obama memanfaatkan modal simbolik mewakili ras kulit hitam dengan menjadi simbol harapan dan perubahan. Sebagai calon presiden Afrika-Amerika pertama, ia mewakili sejarah baru bagi Amerika Serikat. Slogan “Yes We Can” dan tema “Hope” dalam kampanyenya menciptakan citra positif yang kuat. Modal simbolik bekerja karena manusia sering kali memilih berdasarkan persepsi dan emosi.

          Tanpa modal sosial dan simbolik, kepercayaan masyarakat sulit didapat, sebagaimana ditegaskan bahwa “political financing is not only about money but also about social networks and symbolic legitimacy” (Mas’oed & Savirani, 2011).

           Sukses dalam nyaleg atau nyalon kepala daerah bukan cuma soal keberuntungan, tetapi juga kesiapan modal politik yang kamu miliki. Seperti yang ditunjukkan Barack Obama, modal ekonomi memberi kamu daya dorong, modal sosial memperluas jangkauan, modal budaya menunjukkan kemampuan, dan modal simbolik membangun citra yang melekat di hati pemilih. Dengan mempersiapkan keempat modal ini dengan baik, kamu punya peluang lebih besar untuk memenangkan Pemilu dan mewujudkan visi politikmu. Jadi, sebelum terjun ke kancah politik, tanyakan pada diri sendiri: sudahkah kamu punya modal yang cukup?

Penulis : Rinaldo Farera 

 

Mas’oed, M., & Savirani, A. (2011). Financing politics in Indonesia. PCD Journal, 3(1-2), 63-93.
Mendell, D., & Wallenfeldt, J. (2025). Barack Obama - 44th president, political career, legacy. Encyclopaedia Britannica.
Nelson, M. (n.d.). Barack Obama: Campaigns and elections. Miller Center.
Reid, R. (n.d.). The charisma of Barack Obama: Communication & public engagement. richard-reid.com

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 130 Kali.