
Merdeka Memilih, Merdeka Menentukan Arah Bangsa
Setiap tanggal 17 Agustus, langit Indonesia dihiasi merah putih. Bendera berkibar, lagu kebangsaan menggema, dan semangat nasionalisme membara di dada rakyat. Hari Ulang Tahun Republik Indonesia bukan sekadar perayaan, ia adalah pengingat akan perjuangan panjang menuju kemerdekaan. Namun, di balik gegap gempita perayaan, terselip satu makna yang sering luput dari perhatian: kemerdekaan dalam memilih.
Kemerdekaan bukan hanya soal bebas dari penjajahan fisik. Ia juga tentang kebebasan berpikir, berpendapat, dan menentukan arah hidup sendiri. Dalam konteks demokrasi, kemerdekaan memilih adalah hak fundamental yang menjadi simbol kedaulatan rakyat. Kita bebas memilih pemimpin, menentukan kebijakan yang kita dukung, bahkan memilih cara hidup yang sesuai dengan nilai dan keyakinan kita.
HUT RI dan kemerdekaan memilih memiliki korelasi yang erat. Keduanya lahir dari semangat perjuangan dan cita-cita luhur bangsa. Jika dulu para pahlawan mengangkat senjata demi kemerdekaan tanah air, kini kita mengangkat suara demi masa depan bangsa. Setiap pemilu, setiap keputusan politik, adalah bentuk lanjutan dari perjuangan itu. Kita tidak lagi berperang dengan peluru, tapi dengan pilihan yang bijak dan suara yang jujur.
Namun, kemerdekaan memilih bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Ia harus dijaga dari intervensi, manipulasi, dan apatisme. Ketika rakyat tidak peduli, atau ketika suara dibeli dan dikendalikan, maka kemerdekaan itu ternoda. Maka dari itu, momen HUT RI seharusnya menjadi refleksi: apakah kita benar-benar merdeka dalam memilih? Apakah kita menggunakan hak pilih dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab?
Di tengah perayaan kemerdekaan, mari kita ingat bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika setiap warga negara merasa bebas dan berdaya untuk menentukan masa depannya. Kemerdekaan yang diraih 79 tahun lalu akan terus bermakna jika kita merawatnya. Merdeka bukan hanya soal bebas dari penjajah, tapi juga bebas dari kebodohan, ketakutan, dan ketidakpedulian. Dan memilih dengan hati nurani dan akal sehat adalah bentuk paling nyata dari kemerdekaan itu. Sebab kemerdekaan sejati bukan hanya dirayakan di lapangan upacara, tetapi juga dibuktikan di bilik suara.
Penulis : Radha Florida